BADAI KEANGKUHAN
Kemarin,
badai-badai itu baru saja datang
bersama tuhan membidikkan anak panah
ke jantung lautan bagi pesisir Indonesia.
Kegetiran merayap
dari bayi sampai renta,
Jutaan nyawa melahapnya
bagi janin rindu rahim.
Waktu itu
ada tuan-tuan
menetek di puting susu luka
rombongan bapak melepas tangis paksa
dan menulis nasib sapi perah luka
di atas papan reklame.
Hari ini
kita kembali menghitung
batu-batu dan tanah-tanah
menambah longsor menambah badai,
menambah gempa mengalikan nyawa
lalu membagi uang duka.
Jangan menangis Indonesia
kita memang mamilih cinta-cinta.
Keakuan jadi pedoman zaman
menjadi domba di antara srigala-srigala.
Tuhan,
masih bisakah melihat matahari
misterimu belum juga terungkap
: tanpa badai luka terus menganga
TANYA JAWAB
Anak Kampung
meratap, menengadah
berpijak pada dunia fatamorgana.
Misteri kejayaan sejarah
kabur bersama kabut demoralisasi.
Anak kampung tak paham bahasa angin
tapi tetap dilahapnya juga
karena bapak tak mampu beli nasi,
Sementara mimpi makan roti
mengigaukan tidur.
Di sini,
borok-borok mengganas
pedih keringat menetes
lewat pipa bawah tanah
bertangker-tangker.
Serpihan nurani tua dipecah gelombang
melayarkan daratan terjual.
Bom waktu yang dipersiapkan
telah memecah hukum batu
abu-nya mengaburkan cahaya ribuan mata.
Anak kampung menghitung warisan
yang telah habis dijual bapak.
merindu dendamkan
badai-badai mengkristal.
Apalagi yang tersisa
bila sila-sila telah kehilangan makna
Mari ramai-ramai beli kafan!
(Kita anak kampung yang mati di tanah kelahiran).
Sajak Pengantin
(Ketika Cinta Menyatukan)
Kita sisiri tapak Adam dan Hawa
mempatri petuah leluhur
menguak belantara, menggapai cahaya
Pengantinku,
Aku tidak semulia Nabi Muhammad
Tidak setaqwa Nabi Ibrahim, tidak pula setabah Nabi Ayub
Aku hanya pria akhir zaman yang punya cita-cita jadi suami yang shaleh
mengubur duka, punahlah nestapa
dari bimbang mengkristal
menancapkan ikrar pada pilar cinta
Pengantinku,
Aku tidak semulia Khadijah
Tidak setaqwa Aisyah, tidak pula setabah Fatimah
Aku hanya wanita akhir zaman yang punya cita-cita jadi istri yang Shaleha.
Tiada baik dari baik kita anyam
menjadi wadah, hingga anak cucu kita
menari-bergembira di dalamnya
Pengantinku,
Dunia baru menyambut kita
menepikan ragu dari tiap tapak langkah
hidupmu hidupku lebih hidup. menyatu erat satu napas
Dan ketika sunyi datang membuai, kita telah menjadi pelangi.
Posted in : tata
WAKTU
Tak dapat ku tepis
Menukar lingkaran wajah
Aku larut di dalamnya.
Pada pedih yang mendera,
lara menyita asa
ku tuang irama kehidupan
yang tak pernah terbayang.
Aku tak menyesal bila gelap
Penuhi bilik-bilik kalbuku.
Dan tak mungkin ingkari
Kenyataan bahwa aku hidup untuk masa sepan.
Dari jengkal-jengkal langkah
Yang curahkan keringat
aku lafaskan selarik kata bijak
pembawa kedamaian jiwa
penggugah rasa perih.
Waktu
Andai kembali diputar
hingga masa itu tiba
Aku ingin hapus garis likuan hidup ini
enyahkan makna pedih kegagalan
Sampai tak ada lagi puing-puing itu
Waktu
Ingin ku jadikan roman kalbuku
Kembali bercahaya dengan sinar pancaran-Nya
Dan bayangku lebih indah dari makna sebelumnya.
Posted in : kartika
Di cafe jalanan Noventa Y Sieta, Medellin, Columbia
kami mengepung bulan
dan mereka yang mendengarkan puisi kami
mencoba menaklukkan bulan dengan cara mereka
berkomplot dengan anggur daun cerbeza
bersekongkol dengan gadisgadis
memancing bulan dengan keluasan dada
Musim panas
Menjulang di Medelin
menampilkan sutera
di keharibaan malam cuaca
ratusan para lilin
menyandar di pundak malam
mengucap
menyebutnyebut cahaya
sambil mencoba
memahami takdir di wajah-wajah usia
kami para penyair
meneruskan zikir kami
-palabras palabras palabras palabras
-
--kata kata kata kata --
semakin kental mengucap
cahaya pun memadat
sampai kami bisa buat
sesuka kami atas padat cahaya
lantas bulan kesurupan
kesadaran kami meninggi
bulan turun pada kami
dan kami mengatasi bulan
sampailah kami pada kerajaan kata-kata
jika kami membilang ayah
ia juga ayah kata-kata
jika kami menyebut hari
juga harinya kata-kata
jika kami mengucap diri
pastilah juga diri kata kata
Di cafe jalanan Medellin
purnama jatuh
kata-kata menjadi kami
kami menjadi kata kata
Posted in : arie
(Indra....ini karya sastra dari aku, jangan lupo di pos ke blog nyo ye......)
Di cafe jalanan Noventa Y Sieta, Medellin, Columbia
kami mengepung bulan
dan mereka yang mendengarkan puisi kami
mencoba menaklukkan bulan dengan cara mereka
berkomplot dengan anggur daun cerbeza
bersekongkol dengan gadisgadis
memancing bulan dengan keluasan dada
Musim panas
Menjulang di Medelin
menampilkan sutera
di keharibaan malam cuaca
ratusan para lilin
menyandar di pundak malam
mengucap
menyebutnyebut cahaya
sambil mencoba
memahami takdir di wajah-wajah usia
kami para penyair
meneruskan zikir kami
-palabras palabras palabras palabras
-
--kata kata kata kata --
semakin kental mengucap
cahaya pun memadat
sampai kami bisa buat
sesuka kami atas padat cahaya
lantas bulan kesurupan
kesadaran kami meninggi
bulan turun pada kami
dan kami mengatasi bulan
sampailah kami pada kerajaan kata-kata
jika kami membilang ayah
ia juga ayah kata-kata
jika kami menyebut hari
juga harinya kata-kata
jika kami mengucap diri
pastilah juga diri kata kata
Di cafe jalanan Medellin
purnama jatuh
kata-kata menjadi kami
kami menjadi kata kata
By: QuRTuBy FasHa
Posted in : FasHa
LA NOCHE DE LAS PALABRAS
(Indra....ini karya sastra dari aku, jangan lupo di pos ke blog nyo ye......)
Di cafe jalanan Noventa Y Sieta, Medellin, Columbia
kami mengepung bulan
dan mereka yang mendengarkan puisi kami
mencoba menaklukkan bulan dengan cara mereka
berkomplot dengan anggur daun cerbeza
bersekongkol dengan gadisgadis
memancing bulan dengan keluasan dada
Musim panas
Menjulang di Medelin
menampilkan sutera
di keharibaan malam cuaca
ratusan para lilin
menyandar di pundak malam
mengucap
menyebutnyebut cahaya
sambil mencoba
memahami takdir di wajah-wajah usia
kami para penyair
meneruskan zikir kami
-palabras palabras palabras palabras
-
--kata kata kata kata --
semakin kental mengucap
cahaya pun memadat
sampai kami bisa buat
sesuka kami atas padat cahaya
lantas bulan kesurupan
kesadaran kami meninggi
bulan turun pada kami
dan kami mengatasi bulan
sampailah kami pada kerajaan kata-kata
jika kami membilang ayah
ia juga ayah kata-kata
jika kami menyebut hari
juga harinya kata-kata
jika kami mengucap diri
pastilah juga diri kata kata
Di cafe jalanan Medellin
purnama jatuh
kata-kata menjadi kami
kami menjadi kata kata
About Indranggunesia
- Indranya I U
- Bwt loe yang mo view my profile....please add in indra131289.blogspot.com